Rabu, 17 Oktober 2012

Materi Prinsip Latihan (Ilmu Melatih Dasar)


PRINSIP – PRINSIP PELATIHAN
A.     Pemanasan Tubuh (Warming-up)
Pemanaasan tubuh bertujuan untuk mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh kita guna menghadapi kegiatan fisik yang lebih berat. Kegunaan pemanasan tubuh lainnya adalah :
-          Atlet terhindar dari kemungkinan bahaya cidera
-          Terjadi koordinasi gerak yang mulus
-          Organ tubuh menyesuaikan diri dengan kerja yang lebih berat
-          Kesiapan mental atlet lebih meningkat
Tata cara pemanassan tubuh yang baik yaitu :
-          Mula – mula semua sendi dan otot diregangkan dengan memakai metode latihan peregangan statis
-          Melakukan jogging beberapa ratus meter
-          Kemudian latihan senam dengan memakai metode latihan peregangan dinamis, terutama untuk otot dan sendi
-          Diakiri dengan wind sprint
Setelah melakukan kegiata latihan inti, maka diakhiri dengan cooling-down yang bertujuan untuk menghindari otot sakit atau kaku pada keesokan harinya.
B.     Metode Latihan
Untuk mempercepat peningkatan prestasi latihan tidak cukup hanya dengan latihan motorik saja tetapi juga di iringi dengan metode latihan nir-motorik. Latihan nir-motorik dilakukan dengan cara melihatkan gambar atau film mengenai gerakan yang akan dilakukan si atlet. Dapat juga dilakukan dengan memvisualkan atau mencritakan gerakan yang akan dipelajari.
Para ahli mengatakan bahwa, meskipun kita tidak bergerak, kita bisa memperbaiki prilaku kita. Artinya tanpa bergerak sekalipun kita bisa belajar suatu keterampilan. Syaratnya adalah kita harus curahkan konsentrasi dan fikiran kita secara itensif pada pola gerakan yang akan dilakukan.
C.     Berfikir Positif
Banyak atlet yang tidak mau ata berani berlatih dengan beban latihan yang melebihi kemampuannya. Padahal mereka sebenarnya mampu. Persoalannya terletak pada kata hati (inner speaking). Kalau kita berfikiran negative maka latihan yang akan dijalani akan terasa berat dan enyiksa, tetapi apabila seorang atlet tersebut berfikiran pusitif maka seberat apapun program lathan yang diberikan oleh pelatih akan dijalankan dengan baik dan enjoy. Dan pelatih harus mempengaruhi pemikiran si atlet dengan dorongan-dorongan semagat yang positif agar atlet selalu berfikiran positif dan optimis namun realistis.
D.     Prinsip Beban Lebih
Prinsip beban lebih atau overload principle adlah prinsip latihan yang menekankan pada pembebanan latihan yang semakain berat. Atlet harus selalu berusaha untuk berlatih dengan beban yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan pada saat itu. Contohnya :
-          Jika seorang atlet sudah mampu berlari sejauh 1000 m, maka pada latihan berikutnya dia harus mampu berlari lebih dari 1000 m. yang bertujuan agar daya tahan si atlet lebih meningkat.
-          Seorang petenis yang setiap kali berlatih servis bola 50 kali , secara berkala dia harus meningkatkan jumlah latihan servisnya, agar pukulan dan keterampilan servisnya matang, kuat dan matap.
Setiap bentuk beban latihan, baik latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan mental sekalipun harus berpedoman kepada prinsip beban lebih ini. Dan yang harus diperhatikan adalah meskipun beban lebih harus massih berada dalam batas-batas kemampuan atlet.
E.     Intensitas Latihan
Sebagai tolak ukur menentukan kadar intensitas latihan, khususnya untuk perkembangan daya tahan kardiovaskular kita dapat terapkan teori Katch dan McArdle (1983) adalah :
1.      Mula-mula menghitung frekuensi denyut jantung
2.      Selanjutnya ukur takaran intensitas latihan
3.      Intensitas latihan juga ditentukan lamanya berlatih dalam zona latihan.
Jadi jelas bahwa agar bisa disebut berlatih intensif harus memenuhi syarat latihan yang tiga tersebut diatas. Latihan tidak akan bermanfaat jika tidak memenuhi syarat intensitas latihan tersebut diatas.
F.      Kualitas Latihan
Beberapa tanda latuhan yang berkualitas adalah sebagai berikut :
1.      Latihan atau dril yang diberikan oleh pelatih adalah benar-benar bermanfaat dan sesuai dengan kebutuhan atlet.
2.      Koreksi yang tepat dan konstruktif selalu diberikan manakala atlet melakukan kesalahan-kesalahan.
3.      Pengawasan pada setiap detail gerakan dilakukan secara teliti
4.      Setiap kesalahan gerak segera diperbaiki
Kekeliruan kebanyakan pelatih dan atlet dalam mengartikan kualitas latihan adalah bahwa mereka lebih menekankan kepada lamanya latihan ketimbang pada mutu dan penambahan beban latihannya.
G.    Prinsip Individualisasi
Seluruh konsep latihan haruslah disusun sesuai dengan kekhasan setiap individu agar tujuan latihan dapat sejauh mungkin tercapai. Atlet aka memberka reaksi yang berbeda-beda terhadap suatu beban latihan yang diberikan oleh pelatih. Oleh karena itu, latihan kan menjadi maslah pribadi bagi setiap atlet dan tidak bisa suatu beban latihan begitusaja disamaratakan bagi semua atlet, karena kemampuan setiap atlt berbeda-beda. Jadi latihan harus direncanakan dan disesuaikan bagi setiap indiuvidu atlet agar dapat menghasilakan hasil yang baik bagi setiap individu atlet.
H.    Variasi Latihan
Latihan yang dilakukan dengan benar biasanya menuntut banyak waktu, fikiran dan tenaga atlet. Oleh karena itu latihan yang secara terus menerus akan menimbulakan rasa bosan pada siatlet. Hal ini juga dapat mempengaruhi prestasi si atlet. Untuk itu dilakukan cara untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan merencanakan dan menyelenggarakan latihan-latihan bervariasi. Oleh sebab itu pelatih haruf kreatif dalam membuat dan menyusun program latihan.
I.       Metode Bagian dan Metode Keseluruhan
Metode bagian seringkali mengundang masalah yaitu membutuhkan waktu yang lamauntuk menguasai suatu keteramapilan. Metode keseluruhan jika keterampilan dalam suatu cabang olahraga gerakannya secara relative sederhana dan mudah dipahami atau dikuasai keterampilan seperti itu dapat dilatih sebagai satuan yang utuh tidak perlu dipilah-pilah menjadi beberapa bagian dan dipelajari atau dilatih bagian demi bagian.
J.      Memperbiki Kesasalahan
Kalau atlet sering melakukan kesalahan gerak maka pelatih harus memperbaiki kesalahan tersebut dan menekankan padampenyebab terjadinya kesalahan. Kalau terjadi beberapa kesalahan sekaligus, mulailah dengan memperbaiki salah satu teknik bagian terlebih dahulu dan jangan mencoba untuk memperbaiki kesalahan secara skaligus. Jika salah satu teknik berhasil diperbaiki maka barulara memperbaiki teknik selanjutnya.
K.    Perkembangan Menyeluruh
Sebelum atlet mengkhususkan dirinya dalam suatu cabang olahraga , sebaiknya atlet muda itu terlebih dahulu menganut dan menerapkan prinsip multilateral. Prinsip perkembangan multilateral mengajarkan kepada kita bahwa sebaiknya atlet muda jangan terlalu cepat membatasi diri kepada program latihan yang menjurus kepada pengkhususan atau spesialisasi sempit pada masa terlampau dini.
Setelah melewati tahap perkembangan menyeluruh dan atlet sudah mulai dewasa dan cukup matang untuk memasuki tahap latihan berikutnya, barulah system latihan diubah menuju spelisasi.
L.     Model Latihan
Beberapa contoh model latihan adalah sebagai berikut :
1.      Menciptakan stress yang tiba-tiba dan tidak diduga-duga sebelumnya oleh atlet. Misalnya :
-          Tanpa diberi tahu sebelumnya atlet dibawa berlatih kelapangan yang asing baginya
-          Secara tiba-tiba atlet dibawa berlatih dengan atlet saingannya
-          Sengaja menyuruh penonton untuk menggoda atau mengganggu atlet pada waktu latihan
2.      Latihan Isolasi, yaitu latihan dimana atlet harus berlatih sendiri tanpa dihadiri langsung oleh pelatih.
3.      Stress teknik,  penerapannya adalah dari 100 kali servis, pelatih menuntut 80 % harus dilakuikan dengan teknik yang sempurna.
4.      Latihan dengan handicap
M.   Menetapkan Sasaran
Setiap atlet harus memiliki tujuan dan sasaran dalam latihannya. Sasaran latihan itu meliputi sasaran jangka panjang, menegah dan jangka pendek. Beberapa alas an mengapa penetapan sasaran itu penting yaitu :
1.      Dapat membangkitkan motivasi atlet untuk berlatih
2.      Karena ada sesuatu yang dituju, secara mental atlet akan merasa wajib dan terikat untuk mencapai sasaran tersebut
3.      Kalau sasaran dicapai atlet akan memperoleh kebanggaan tersendiri sehingga sukses itu akan mendorongnya untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi
 Dalam menetapkan sasaran, ada beberapa ketentuan yang perlu diperhatikan agar sasaran dan tujuan yang ditetapkan menjadi pendorong atau penarik bagi atlet untuk berlatih, adalah sebagai berikut :
1.      Harus menetapkan sasaran
2.      Sasaran harus spesifik dan dapat diukur seobjektif mungkin
3.      Setiap sasaran harus berupa tantangan bagi atlet
4.      Sasaran sebaiknya ditetapkan bersama oleh pelatih dan atlet
5.      Jangan menetapkan sasaran terlalu banyak sekaligus
6.      Sasaran sebainya dinyatakan secara tertulis
7.      Tetapkan sasaran berupa keberhasilan melakukan keterampialan
Dalam latihan maupun dalam pertandingan sebaiknya adalah bermain sebaik-baiknya bukan semata-mata kemenangan. Dengan demikian kita dapat sepenuhnya mencurahkan konsentrasi pada keterampilan atau teknik dan taktik.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar