PRINSIP
– PRINSIP PELATIHAN
A. Pemanasan
Tubuh (Warming-up)
Pemanaasan tubuh bertujuan untuk
mengadakan perubahan dalam fungsi organ tubuh kita guna menghadapi kegiatan
fisik yang lebih berat. Kegunaan pemanasan tubuh lainnya adalah :
-
Atlet
terhindar dari kemungkinan bahaya cidera
-
Terjadi
koordinasi gerak yang mulus
-
Organ
tubuh menyesuaikan diri dengan kerja yang lebih berat
-
Kesiapan
mental atlet lebih meningkat
Tata
cara pemanassan tubuh yang baik yaitu :
-
Mula
– mula semua sendi dan otot diregangkan dengan memakai metode latihan
peregangan statis
-
Melakukan
jogging beberapa ratus meter
-
Kemudian
latihan senam dengan memakai metode latihan peregangan dinamis, terutama untuk
otot dan sendi
-
Diakiri
dengan wind sprint
Setelah
melakukan kegiata latihan inti, maka diakhiri dengan cooling-down yang
bertujuan untuk menghindari otot sakit atau kaku pada keesokan harinya.
B. Metode
Latihan
Untuk mempercepat peningkatan
prestasi latihan tidak cukup hanya dengan latihan motorik saja tetapi juga di
iringi dengan metode latihan nir-motorik. Latihan nir-motorik dilakukan dengan
cara melihatkan gambar atau film mengenai gerakan yang akan dilakukan si atlet.
Dapat juga dilakukan dengan memvisualkan atau mencritakan gerakan yang akan
dipelajari.
Para ahli mengatakan bahwa,
meskipun kita tidak bergerak, kita bisa memperbaiki prilaku kita. Artinya tanpa
bergerak sekalipun kita bisa belajar suatu keterampilan. Syaratnya adalah kita
harus curahkan konsentrasi dan fikiran kita secara itensif pada pola gerakan
yang akan dilakukan.
C. Berfikir
Positif
Banyak atlet yang tidak mau ata
berani berlatih dengan beban latihan yang melebihi kemampuannya. Padahal mereka
sebenarnya mampu. Persoalannya terletak pada kata hati (inner speaking). Kalau
kita berfikiran negative maka latihan yang akan dijalani akan terasa berat dan
enyiksa, tetapi apabila seorang atlet tersebut berfikiran pusitif maka seberat
apapun program lathan yang diberikan oleh pelatih akan dijalankan dengan baik
dan enjoy. Dan pelatih harus mempengaruhi pemikiran si atlet dengan
dorongan-dorongan semagat yang positif agar atlet selalu berfikiran positif dan
optimis namun realistis.
D. Prinsip
Beban Lebih
Prinsip
beban lebih atau overload principle adlah prinsip latihan yang menekankan pada
pembebanan latihan yang semakain berat. Atlet harus selalu berusaha untuk
berlatih dengan beban yang lebih berat dari pada yang mampu dilakukan pada saat
itu. Contohnya :
-
Jika
seorang atlet sudah mampu berlari sejauh 1000 m, maka pada latihan berikutnya
dia harus mampu berlari lebih dari 1000 m. yang bertujuan agar daya tahan si
atlet lebih meningkat.
-
Seorang
petenis yang setiap kali berlatih servis bola 50 kali , secara berkala dia
harus meningkatkan jumlah latihan servisnya, agar pukulan dan keterampilan
servisnya matang, kuat dan matap.
Setiap
bentuk beban latihan, baik latihan untuk keterampilan teknik, taktik, fisik dan
mental sekalipun harus berpedoman kepada prinsip beban lebih ini. Dan yang
harus diperhatikan adalah meskipun beban lebih harus massih berada dalam
batas-batas kemampuan atlet.
E. Intensitas
Latihan
Sebagai tolak ukur menentukan
kadar intensitas latihan, khususnya untuk perkembangan daya tahan
kardiovaskular kita dapat terapkan teori Katch dan McArdle (1983) adalah :
1.
Mula-mula
menghitung frekuensi denyut jantung
2.
Selanjutnya
ukur takaran intensitas latihan
3.
Intensitas
latihan juga ditentukan lamanya berlatih dalam zona latihan.
Jadi
jelas bahwa agar bisa disebut berlatih intensif harus memenuhi syarat latihan
yang tiga tersebut diatas. Latihan tidak akan bermanfaat jika tidak memenuhi
syarat intensitas latihan tersebut diatas.
F. Kualitas
Latihan
Beberapa
tanda latuhan yang berkualitas adalah sebagai berikut :
1.
Latihan
atau dril yang diberikan oleh pelatih adalah benar-benar bermanfaat dan sesuai
dengan kebutuhan atlet.
2.
Koreksi
yang tepat dan konstruktif selalu diberikan manakala atlet melakukan
kesalahan-kesalahan.
3.
Pengawasan
pada setiap detail gerakan dilakukan secara teliti
4.
Setiap
kesalahan gerak segera diperbaiki
Kekeliruan
kebanyakan pelatih dan atlet dalam mengartikan kualitas latihan adalah bahwa
mereka lebih menekankan kepada lamanya latihan ketimbang pada mutu dan
penambahan beban latihannya.
G. Prinsip
Individualisasi
Seluruh konsep latihan haruslah
disusun sesuai dengan kekhasan setiap individu agar tujuan latihan dapat sejauh
mungkin tercapai. Atlet aka memberka reaksi yang berbeda-beda terhadap suatu
beban latihan yang diberikan oleh pelatih. Oleh karena itu, latihan kan menjadi
maslah pribadi bagi setiap atlet dan tidak bisa suatu beban latihan begitusaja
disamaratakan bagi semua atlet, karena kemampuan setiap atlt berbeda-beda. Jadi
latihan harus direncanakan dan disesuaikan bagi setiap indiuvidu atlet agar
dapat menghasilakan hasil yang baik bagi setiap individu atlet.
H. Variasi
Latihan
Latihan yang dilakukan dengan
benar biasanya menuntut banyak waktu, fikiran dan tenaga atlet. Oleh karena itu
latihan yang secara terus menerus akan menimbulakan rasa bosan pada siatlet.
Hal ini juga dapat mempengaruhi prestasi si atlet. Untuk itu dilakukan cara
untuk mengatasi hal tersebut yaitu dengan merencanakan dan menyelenggarakan
latihan-latihan bervariasi. Oleh sebab itu pelatih haruf kreatif dalam membuat
dan menyusun program latihan.
I. Metode
Bagian dan Metode Keseluruhan
Metode bagian seringkali
mengundang masalah yaitu membutuhkan waktu yang lamauntuk menguasai suatu
keteramapilan. Metode keseluruhan jika keterampilan dalam suatu cabang olahraga
gerakannya secara relative sederhana dan mudah dipahami atau dikuasai
keterampilan seperti itu dapat dilatih sebagai satuan yang utuh tidak perlu
dipilah-pilah menjadi beberapa bagian dan dipelajari atau dilatih bagian demi
bagian.
J. Memperbiki
Kesasalahan
Kalau atlet sering melakukan
kesalahan gerak maka pelatih harus memperbaiki kesalahan tersebut dan
menekankan padampenyebab terjadinya kesalahan. Kalau terjadi beberapa kesalahan
sekaligus, mulailah dengan memperbaiki salah satu teknik bagian terlebih dahulu
dan jangan mencoba untuk memperbaiki kesalahan secara skaligus. Jika salah satu
teknik berhasil diperbaiki maka barulara memperbaiki teknik selanjutnya.
K. Perkembangan
Menyeluruh
Sebelum atlet mengkhususkan
dirinya dalam suatu cabang olahraga , sebaiknya atlet muda itu terlebih dahulu
menganut dan menerapkan prinsip multilateral. Prinsip perkembangan multilateral
mengajarkan kepada kita bahwa sebaiknya atlet muda jangan terlalu cepat
membatasi diri kepada program latihan yang menjurus kepada pengkhususan atau
spesialisasi sempit pada masa terlampau dini.
Setelah melewati tahap
perkembangan menyeluruh dan atlet sudah mulai dewasa dan cukup matang untuk
memasuki tahap latihan berikutnya, barulah system latihan diubah menuju
spelisasi.
L. Model
Latihan
Beberapa
contoh model latihan adalah sebagai berikut :
1.
Menciptakan
stress yang tiba-tiba dan tidak diduga-duga sebelumnya oleh atlet. Misalnya :
-
Tanpa
diberi tahu sebelumnya atlet dibawa berlatih kelapangan yang asing baginya
-
Secara tiba-tiba atlet dibawa
berlatih dengan atlet saingannya
-
Sengaja menyuruh penonton untuk menggoda atau
mengganggu atlet pada waktu latihan
2.
Latihan
Isolasi, yaitu latihan dimana atlet harus berlatih sendiri tanpa dihadiri
langsung oleh pelatih.
3.
Stress
teknik, penerapannya adalah dari 100
kali servis, pelatih menuntut 80 % harus dilakuikan dengan teknik yang
sempurna.
4.
Latihan
dengan handicap
M. Menetapkan
Sasaran
Setiap atlet harus memiliki
tujuan dan sasaran dalam latihannya. Sasaran latihan itu meliputi sasaran
jangka panjang, menegah dan jangka pendek. Beberapa alas an mengapa penetapan
sasaran itu penting yaitu :
1.
Dapat
membangkitkan motivasi atlet untuk berlatih
2.
Karena
ada sesuatu yang dituju, secara mental atlet akan merasa wajib dan terikat untuk
mencapai sasaran tersebut
3.
Kalau
sasaran dicapai atlet akan memperoleh kebanggaan tersendiri sehingga sukses itu
akan mendorongnya untuk mencapai sasaran yang lebih tinggi
Dalam menetapkan sasaran, ada beberapa
ketentuan yang perlu diperhatikan agar sasaran dan tujuan yang ditetapkan
menjadi pendorong atau penarik bagi atlet untuk berlatih, adalah sebagai
berikut :
1.
Harus
menetapkan sasaran
2.
Sasaran
harus spesifik dan dapat diukur seobjektif mungkin
3.
Setiap
sasaran harus berupa tantangan bagi atlet
4.
Sasaran
sebaiknya ditetapkan bersama oleh pelatih dan atlet
5.
Jangan
menetapkan sasaran terlalu banyak sekaligus
6.
Sasaran
sebainya dinyatakan secara tertulis
7.
Tetapkan
sasaran berupa keberhasilan melakukan keterampialan
Dalam latihan maupun
dalam pertandingan sebaiknya adalah bermain sebaik-baiknya bukan semata-mata
kemenangan. Dengan demikian kita dapat sepenuhnya mencurahkan konsentrasi pada
keterampilan atau teknik dan taktik.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar